PERCERAIAN
Wanita manapun pastinya tidak menginginkan perceraian hadir
dalam bahtera rumah tangganya. Namun siapa pun tidak dapat menolak datangnya
takdir, jika itu harus terjadi maka terjadilah.
Akan tetapi pada umumnya banyak sekali wanita yang tidak
mengerti bagaimana Islam mengatur tentang perceraian dalam rumah tangga.
Sesuatu yang halal yang paling dibenci oleh Allah SWT adalah
talak ( cerai ). Ini menunjukkan kepada kita bahwa perceraian bukanlah suatu
tindakan yang haram. Memang tujuan kita menikah bukanlah untuk bercerai, tapi
ketika kondisi pernikahan sudah tidak bisa memberikan barokah kepada kedua
belah pihak, maka bercerai adalah jalan penyelesaian. Perceraian itupun terjadi
secara baik-baik. Tanpa harus menyisakan sisa-sisa kemarahan atas kondisi
penyebab perceraian atau persengketaan masalah pembagian harta setelah
perceraian.
Mengapa perceraian adalah sesuatu hal yang halal tapi sangat
dibenci Allah SWT? Karena ketika terjadi sebuah perceraian, silaturrahmi yang
terputus tidak hanya antara suami dan istri. Tetapi juga silaturrahmi dua pihak
keluarga. Dan yang paling mendapat pengaruh adalah kondisi anak-anak dari
pasangan itu. Tetapi sekali lagi, perceraian tidak selalu merupakan suatu hal
yang buruk.
Masalah perceraian ini, kita sering mendengar berita para
selebritas yang bercerai dengan berbagai macam alasan mau tidak mau fenomena
tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi kita sebagai orang yang belum
menikah. Entah itu memberikan pegaruh positif atau bahkan memberikan pengaruh
negatif yang akan kita warnai pribadi kita.
Salah satu pengaruh negatif itu adalah munculnya ketakutan
untuk menikah. Kita akan takut jika nantinya pernikahan kita pun akan menjadi
seperti itu. Sedangkan pengaruh positifnya yang mungkin kita dapatkan adalah
kita merasa terpancing untuk mempelajari berbagai penyebab orang bercerai.
Proses itu sedikit demi sedikit akan memunculkan keinginan agar nanti ketika
menika sebisa mungkin kita menghindari penyebab-penyebab perceraian tersebut.
Terlepas dari pengaruh-pengaruh tersebut, fenomena nikah
cerai secara pasti akan mengundang komentar masyarakat mengenai pribadi kita.
Hal ini tidak mungkin kita pungkiri karena itu adalah salah satu konsekuensi
hidup bermasyarakat, kita sebagai orang yang berkependidikan mungkin bisa
memaklumi yang menjadi penyebab terjadinya perceraian itu, tapi lain halnya
dengan masyarakat luas yang berbeda latar belakang dan tingkat pendidikan.
Pada dasarnya, perceraian adalah satu hal yang halal tapi
sebisa mungkin harus kita hindari. Karena pasti itu tidak menjadi tujuan dari
pernikahan kita. Yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan diri kita sebaik
mungkin untuk menjalani kehidupan setelah pernikahan. Kita harus belajar
mengendalikan ego dari sekarang. Karena banyak dari kasus perceraian pada saat
ini sering terjadi disebabkan ego yang tidak terkendali. Da yang terpenting
adalah menjadikan kasus-ksus tersebut sebagai pelajaran dalam mempersiapkan
diri untuk menikah.
SEBAB SEBAB TERJADINYA PERCERAIAN
1.
Orang Ketiga
Apabila ada orang ketiga berperilaku buruk
seperti sisuami berselingkuh atau siistri juga demikian dan pasangan tidak bisa
menerimanya. Hal ini bisa menjadi penyebab perceraian. Tergoda orang lain (
orang ketiga ) yang di anggap menggoda dari pasangan sendiri merupakan salah
satu penyebab mengapa suami istri bercerai.
Perselingkuhan yang terjadi pada pernikahan
dapat menghancurkan segalanya, tidak dapat dipungiri bahwa point ini menjadi
hal yang paling sering menyebabkan terjadinya perceraian, yaitu karena hadirnya
orang ketiga. Sekali lagi, jika ingin mempertahankan pernikahan Anda, jalani
penuh tanggungjawab kepada-Nya. Hal ini dapat menjadi nafsu pengendali duniawi
semata dan jangan sampai tega menyakiti pasangan resmi kita beserta keluarga,
yaitu anak.
2.
Penganiayaan
Adanya kekerasan didalam rumah tangga
seperti si suami kerap main tangan yang melibatkan si istri tidak tahan karena
orang yang sehausnya memberikan perlindungan dan mengayomi ternyata justru
melakukan kekerasa fisik atau bahkan tindakan yang bisa mengancam jiwa juga
menjadi penyebab rumah tangga tidak harmonis yang akhirnya berpisah.
Kekerasan fisik ( KDRT atau kekerasan dalam
rumah tangga ) merupakan hal yang paling sering dijadikan alasan seseorang
dalam mengajukan gugatan perceraian. Meskipun sudah dilarang oleh negara, namun
kekerasa fisik masih banyak terjadi.
3.
Tidak Memiliki Keturunan
Memiliki anak adalah dambaan setiap suami
istri dalam rumah tangga. Apabila salah satu pihak diketahui tidak bisa
memberikan keturunan contohnya si suami atau istri yang mandul juga bisa memicu
salah satu pasangan untuk mengakhiri dan meninggalkan pasangannya.
4.
Masalah Bersenggama
Rumah tangga yang bahagia dan harmonis
biasanya juga bahagia dalam kehidupannya. Hasrat berjima’ yang tidak terpenuhi
dari pasagannya bisa menjadi penyebab hubungan suami istri tidak harmonis.
Selalu menolak berjima’ karena lelah, tidak bergairah bisa menjadi alasan untuk
mencari kepuasan diluar, akhirnya berselingkuh, ketahuan, bubar dan bercerai.
5.
Kurang Komunikasi
Penyebab utama hancurnya suatu hubungan
rumah tangga di sebabkan oleh buruknya jalinan komunikasih antar pasangan. Jika
ini terjadi maka akan muda timbul salah paham antar keduanya. Kesalahpahaman
menjadi kunci utama terjadinya pertengkaranyang bisa berakibat buruk dalam
rumah tangga. Masalah kurangnya komumikasih rentan terjadi pada kasus
pernikahan campur ( dengan warga asing ), pernikahan beda agama, pernikahan
beda kultur.
6.
Merasa Diabaikan
Perhatian yang tidak didapat dari pasangan membuat jurang pemisah semakin lebar, hal inilah yang ditenggarai
menjadi salah satu faktor penting terhadap terjadinya kegagalan dalam suatu
hubungan. Oleh karena itu, jika tidak ingin bahtera rumah tangga kita mengalami
kehancuran, mulai untuk saling memberikan perhatian pada pasangan
masing-masing. Walaupun suami istri yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan
atau kantor, namun berusahalah tetap menjaga romantisme dalam rumah tangga dan
pentingnya kebersamaan keluarga.
7.
Perkataan Kasar ( intimidasi )
Perkataan kasar atau tabiat kasar saat
berbicara yang sering dilontarkan pasangan sering membuat merasa tidak dihargai
oleh pasangan, selain dua hal diatas, alasan ini menjadi dua penyebab utama
terjadinya kehancuran dalam rumah tangga. Terlebih jika ditambah dengan ancaman
dan intimidasi dari pasangan. Jelas, cara tersebut tidak dibenarkan dan mungkin
menanamkan kebencian dalam hati pasangan. Sebaiknya, hindari kemarahan yang
meledak-ledak. Lebih baik diam, saling berintrospeksi dan memohon petunjuk-Nya
saat benar-benar marah besar. Saat sudah tenang, bicarakan semua permasalahan
dengan baik dan tutur kata yang lembut terhadap pasangan. Tentu pasangan akan
menerima, mendengar dan melaksanakan dengan senang hati apa yang menjadi
harapan pasangan.
8.
Rasa Saling Curiga
Rasa saling curiga biasanya hadir ketika
tidak adanya jalinan komunikasi yang baik antar kedua pasangan, buruknya
komunikasi akan memicu berbagai permasalah dimasa yang akan datang. Jika
pasangan suami istri sudah tidak saling mempercayai, bagaimana rumah tangga
akan berjalan mulus tanpa keributan?
9.
Masalah Finansial
Masalah finansial keluarga dapat menjadi
pemicu terjadinya konflik dalam rumah tangga, meskipun jarang yang menggunakan
alasan ini saat ia mengajukan gugatan perceraian. Namun, jika terjadi ketimpangan
pendapatan ekonomi antara suami dan istri, contohnya pendapatan yang diperoleh
istri lebih besar, ini juga dapat memicu terjadinya konflik yang berujung pada
perceraian.
10.
Tidak Lagi Tertarik Dengan Pasangan.
Perselingkuhan dapat terjadi saat seseorang
mulai tidak terarik dengan pasangannya lagi. Rasa bosan sebenarnya merupakan
hal yang wajar, namun tidak sepantasnya menggunakan alasan ini sebagai
pembenaran jika dia telah mengikat janji setia dengan pasangannya. Agar
pasangannya selalu tertarik, setiap pasangan harus menjaga komunikasi dengan
baik, saling memahami kekurangan pasangan, menjaga penampilan di depan
pasangan, dan selalu menjaga romantisme bersama pasangan.
Masalah dalam rumah tangga adalah wajar
terjadi. Jadikan masalah tersebut sebuah pelajaran yang paling berharga untuk
anda dan pasangan. Bicarakan semua permasalahan dengan baik-baik, tidak dengan
emosi kemarahan. Jangan pernah mengulang kesalahan yang sama ( terutama hal
yang menyakiti pasangan ), saling berintrospeksilah terhadap permasalahan yang
terjadi untuk melangkah lebih baik kedepannya dan lebih bahagia bersama,
apalagi jika sudah dikaruniai anak. Tidak ada anak yang sesungguhnya bahagia
terhadap kondisi perpisahan kedua orangtuanya.
11.
Krisis moral dan akhlak
Selan ketidak harmonisan dalam rumah
tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan
akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri,
poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku
lainnya yang dilakukan baik oleh suami maupun istri, contohnya mabuk, berzina,
terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.
12.
Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh
suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah pernikahan adalah bahwa pernikahan
mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mangatasi
kesulitan akibat akibat pernikahan tanpa adanya cinta, pasangan harus
merefleksi diri untuk memahami masalah yang sebenarnya, juga harus berupaya
untuk mencoba menciptakan kerja sama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
13.
Istri tidak taat pada suaminya dalam hal-hal
yang baik
Diantara kewajiban istri atas suaminya
adalah , hendaknya seorang istri benar-benar menjaga amanah suami dirumahnya,
baik harta suami dan rahasia-rahasianya, begitu juga bersungguh-sungguh
mengurus urusan-urusan rumah.
Tidak patuh dan tidak taat kepada suami
adalah wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya,
dan tidak ridho pada kedudukan yang Allah SWT telah tetapkan untuknya.
Bentuk ketidak taatan itu antara lain
adalah :
Ø
Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ketempat
tidur, dengan terang-terangan maupun dengan samar-samar.
Ø
Menghianati suami, misalnya dengan menjalin
hubungan gelap dengan pria lain
Ø
Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami
kedalam rumah
Ø
Lalai dalam melayani suami
Ø
Mubadzir dan menghambur-hamburkan uang pada yang
bukan tempatnya
Ø
Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk,
mencela, dan mengejeknya.keluar rumah tanpa izin suami
Ø
Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami..
Seorang istri sholihah akan
senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami diatas segala-galanya. Tentu saja
bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada allah SWT, ia akan taat kapan pun,
dalam situasi apa pun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun
duka, ketaatan istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan
cinta dan memelihara kesetiaan suami.
14.
Hubungan yang kurang baik antara seorang istri
dengan orang tua suaminya ( mertua sang istri)
Terkadang seorang istri menginginkan agar
seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada diriya. Tak
boleh sedikitpun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya, termasuk juga
kepada orang tua si suami. Padahal, disatu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan
orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya adalah cemburu
terhadap ibu mertuanya. Ia menggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam
mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang sebagian istri
berani menghina dan melecehkan orang tua
suami, bahkan ia tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada
orang tuanya. Terkadang istri sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan
orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan masalah , bahkan tak segan
untuk memfitnah keluarga suami.
Ada
juga seoarang istri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga
istri, ia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya denggan berbagai cara.
Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan
dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun juga pernikahan antar
keluarga.kedua orang tua suami adalah orang tua istri, keluarga suami adalah
keluarga istri, begitu juga sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga
suami merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan
bahagia jika istrinya mampu memposisikan dirinya dalam keluarga suami. Hal ini
akan menambah cinta dan kasih sayang suami. Akan tetapi jika sebaliknya hal ini
dapat berakibat pada perceraian.
15.
Kondisi fisik istri yang sangat buruk, misalnya,
seorang istri tidak bisa menjaga kebersihan dirinya dan tidak pernah berpakian
bagus serta tidak mau memakai wangi-wangian di depan suaminya. Atau tidak bisa
mengucapkan perkataan yang baik dan selalu bermuka masam ( cemberut ) ketika
bertemu dan berkumpul dengan suami atau keluarganya.
16.
Suami yang tidak penyabar. Mungkin, faktor ini
terjadi karena kelalaiannya, ataupun ketidak tahuannya watak dasar dan tabiat
wanita yang Allah ciptakan. Wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok
17.
Kondisi rumah tangga yang jauh dari suasana
religius serta taat kepada Allah, apalagi jika di dalam rumah itu terdapat
berbagai macam sarana yang merusak, seperti: siaran televisi, majalah-majalah
ataupun cd-cd yang meruntuhkan sendi-sendi moral.
18.
Adanya masalah-masalah dalam pernikahan
Dalam sebuah pernikahan pasti tidak akan
lepas dari yang namanya masalah. Masalah dalam pernikahan itu merupakan suatu
hal yang biasa, tapi percekcokan yang berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan
lagi secara otomatis akan disusul dengan pisah ranjang seperti adanya
perselingkuhan antara suami istri.
19.
Sibuk diluar rumah
Seorang istri terkadang banyak kesibukan
diluar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin dari
suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.jangan sampai
aktifitas tersebut melalaikan tanggung jawabnya sebagai seoarang istri. Jangan
sampai amanah yang dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia
mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap,
anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika ini terjadi terus menerus ,
bisa jadi suami tidak betah dirumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya diluar
atau dikantor dan dapat juga berakibat pada perceraian.
20.
Perkembangan sosio-emosional dari masing-masing pasangan.
Perkembangan sosio-emosional dihubungkan
dengan dimensi penerimaan diri, otonomi dan ekspresi dari pasangan.
Masalah-masalah dalam komunikasi dianggap sebagai masalah utama penyebab
perceraian, baik itu laki-laki maupun wanita. Secara umum wanita lebih
cenderung untuk merasa stres dan memiliki masalah dalam penyesuaian pernikahan
dari pada laki-laki, kestabilan identitas maskulin dari suami, tingkat
pendidikan, status sosial dan kemampuan untuk menerima semua bentuk
pengekspresian emosi berdampak terhadap kebahagiaan pernikahan. Kestabilan
pernikahan juga tergantung pada bagaimana masing-masing pasangan mencapai
perasaan dan identitas dirinya. Pencapaian ini akan membantu untuk membangun
keseimbangan kekuatan dan saling menghormati yang menjadi pusat dari emosional
dan keintiman intelektual.
Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya
berpasang-pasangan, ada laki-laki dan ada perempuan, ada suka dan ada duka, ada
pertemuan dan ada perpisahan. Sudah lumrah bagi setiap hal yang memiliki awal pasti
juga memiliki akhir, tak terkecuali dalam ikatan pernikahan. Ada waktunya untuk
kita bertemu dengan seseorang yang kita cintai dan ada pula waktunya
ketika kita harus berpisah dengan seseorang yang harus disayangi. Perpisahan
yang terjadi bukanlah akhir dari sebuah perjalanan hidup, melainkan sebuah
pembelajaran untuk pendewasaan diri.
Semua yang terjadi dalam perjalanan hidup seorang manusia
merupakan kehendak Allah SWT. Seorang manusia tak akan selamanya merasa bahagia
dan juga tak akan selamanya menanggung nestapa. Dari semua perputaran kejadian
yang kita temui pada setiap episode kehidupan
membawa pelajaran dan hikmahnya masing-masing agar kita semakin mengerti hakikat penciptaan kita selaku hamba di muka
bumi ini.
B. Ward Powers.2011. perceraian dan perkawinan kembali.
Jakarta. Yayasan Komunikasi Bina Kasih
Nur’aisyah Albantany. Plus Minus Perceraian Wanita dalam
Kacamata Islam. Tanggerang. Sealova
Media, 2014.