Sabtu, 28 November 2015

PERCERAIAN



PERCERAIAN

Wanita manapun pastinya tidak menginginkan perceraian hadir dalam bahtera rumah tangganya. Namun siapa pun tidak dapat menolak datangnya takdir, jika itu harus terjadi maka terjadilah.
Akan tetapi pada umumnya banyak sekali wanita yang tidak mengerti bagaimana Islam mengatur tentang perceraian dalam rumah tangga.
Sesuatu yang halal yang paling dibenci oleh Allah SWT adalah talak ( cerai ). Ini menunjukkan kepada kita bahwa perceraian bukanlah suatu tindakan yang haram. Memang tujuan kita menikah bukanlah untuk bercerai, tapi ketika kondisi pernikahan sudah tidak bisa memberikan barokah kepada kedua belah pihak, maka bercerai adalah jalan penyelesaian. Perceraian itupun terjadi secara baik-baik. Tanpa harus menyisakan sisa-sisa kemarahan atas kondisi penyebab perceraian atau persengketaan masalah pembagian harta setelah perceraian.
Mengapa perceraian adalah sesuatu hal yang halal tapi sangat dibenci Allah SWT? Karena ketika terjadi sebuah perceraian, silaturrahmi yang terputus tidak hanya antara suami dan istri. Tetapi juga silaturrahmi dua pihak keluarga. Dan yang paling mendapat pengaruh adalah kondisi anak-anak dari pasangan itu. Tetapi sekali lagi, perceraian tidak selalu merupakan suatu hal yang buruk.
Masalah perceraian ini, kita sering mendengar berita para selebritas yang bercerai dengan berbagai macam alasan mau tidak mau fenomena tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi kita sebagai orang yang belum menikah. Entah itu memberikan pegaruh positif atau bahkan memberikan pengaruh negatif yang akan kita warnai pribadi kita.
Salah satu pengaruh negatif itu adalah munculnya ketakutan untuk menikah. Kita akan takut jika nantinya pernikahan kita pun akan menjadi seperti itu. Sedangkan pengaruh positifnya yang mungkin kita dapatkan adalah kita merasa terpancing untuk mempelajari berbagai penyebab orang bercerai. Proses itu sedikit demi sedikit akan memunculkan keinginan agar nanti ketika menika sebisa mungkin kita menghindari penyebab-penyebab perceraian tersebut.
Terlepas dari pengaruh-pengaruh tersebut, fenomena nikah cerai secara pasti akan mengundang komentar masyarakat mengenai pribadi kita. Hal ini tidak mungkin kita pungkiri karena itu adalah salah satu konsekuensi hidup bermasyarakat, kita sebagai orang yang berkependidikan mungkin bisa memaklumi yang menjadi penyebab terjadinya perceraian itu, tapi lain halnya dengan masyarakat luas yang berbeda latar belakang dan tingkat pendidikan.
Pada dasarnya, perceraian adalah satu hal yang halal tapi sebisa mungkin harus kita hindari. Karena pasti itu tidak menjadi tujuan dari pernikahan kita. Yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan diri kita sebaik mungkin untuk menjalani kehidupan setelah pernikahan. Kita harus belajar mengendalikan ego dari sekarang. Karena banyak dari kasus perceraian pada saat ini sering terjadi disebabkan ego yang tidak terkendali. Da yang terpenting adalah menjadikan kasus-ksus tersebut sebagai pelajaran dalam mempersiapkan diri untuk menikah.


SEBAB SEBAB TERJADINYA PERCERAIAN
1.       Orang Ketiga
Apabila ada orang ketiga berperilaku buruk seperti sisuami berselingkuh atau siistri juga demikian dan pasangan tidak bisa menerimanya. Hal ini bisa menjadi penyebab perceraian. Tergoda orang lain ( orang ketiga ) yang di anggap menggoda dari pasangan sendiri merupakan salah satu penyebab mengapa suami istri bercerai.
Perselingkuhan yang terjadi pada pernikahan dapat menghancurkan segalanya, tidak dapat dipungiri bahwa point ini menjadi hal yang paling sering menyebabkan terjadinya perceraian, yaitu karena hadirnya orang ketiga. Sekali lagi, jika ingin mempertahankan pernikahan Anda, jalani penuh tanggungjawab kepada-Nya. Hal ini dapat menjadi nafsu pengendali duniawi semata dan jangan sampai tega menyakiti pasangan resmi kita beserta keluarga, yaitu anak.
2.       Penganiayaan
Adanya kekerasan didalam rumah tangga seperti si suami kerap main tangan yang melibatkan si istri tidak tahan karena orang yang sehausnya memberikan perlindungan dan mengayomi ternyata justru melakukan kekerasa fisik atau bahkan tindakan yang bisa mengancam jiwa juga menjadi penyebab rumah tangga tidak harmonis yang akhirnya berpisah.
Kekerasan fisik ( KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga ) merupakan hal yang paling sering dijadikan alasan seseorang dalam mengajukan gugatan perceraian. Meskipun sudah dilarang oleh negara, namun kekerasa fisik masih banyak terjadi.
3.       Tidak Memiliki Keturunan
Memiliki anak adalah dambaan setiap suami istri dalam rumah tangga. Apabila salah satu pihak diketahui tidak bisa memberikan keturunan contohnya si suami atau istri yang mandul juga bisa memicu salah satu pasangan untuk mengakhiri dan meninggalkan pasangannya.
4.       Masalah Bersenggama
Rumah tangga yang bahagia dan harmonis biasanya juga bahagia dalam kehidupannya. Hasrat berjima’ yang tidak terpenuhi dari pasagannya bisa menjadi penyebab hubungan suami istri tidak harmonis. Selalu menolak berjima’ karena lelah, tidak bergairah bisa menjadi alasan untuk mencari kepuasan diluar, akhirnya berselingkuh, ketahuan, bubar dan bercerai.
5.       Kurang Komunikasi
Penyebab utama hancurnya suatu hubungan rumah tangga di sebabkan oleh buruknya jalinan komunikasih antar pasangan. Jika ini terjadi maka akan muda timbul salah paham antar keduanya. Kesalahpahaman menjadi kunci utama terjadinya pertengkaranyang bisa berakibat buruk dalam rumah tangga. Masalah kurangnya komumikasih rentan terjadi pada kasus pernikahan campur ( dengan warga asing ), pernikahan beda agama, pernikahan beda kultur.
6.       Merasa Diabaikan
Perhatian yang tidak didapat dari pasangan membuat jurang pemisah semakin lebar, hal inilah yang ditenggarai menjadi salah satu faktor penting terhadap terjadinya kegagalan dalam suatu hubungan. Oleh karena itu, jika tidak ingin bahtera rumah tangga kita mengalami kehancuran, mulai untuk saling memberikan perhatian pada pasangan masing-masing. Walaupun suami istri yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan atau kantor, namun berusahalah tetap menjaga romantisme dalam rumah tangga dan pentingnya kebersamaan keluarga.
7.       Perkataan Kasar ( intimidasi )
Perkataan kasar atau tabiat kasar saat berbicara yang sering dilontarkan pasangan sering membuat merasa tidak dihargai oleh pasangan, selain dua hal diatas, alasan ini menjadi dua penyebab utama terjadinya kehancuran dalam rumah tangga. Terlebih jika ditambah dengan ancaman dan intimidasi dari pasangan. Jelas, cara tersebut tidak dibenarkan dan mungkin menanamkan kebencian dalam hati pasangan. Sebaiknya, hindari kemarahan yang meledak-ledak. Lebih baik diam, saling berintrospeksi dan memohon petunjuk-Nya saat benar-benar marah besar. Saat sudah tenang, bicarakan semua permasalahan dengan baik dan tutur kata yang lembut terhadap pasangan. Tentu pasangan akan menerima, mendengar dan melaksanakan dengan senang hati apa yang menjadi harapan pasangan.
8.       Rasa Saling Curiga
Rasa saling curiga biasanya hadir ketika tidak adanya jalinan komunikasi yang baik antar kedua pasangan, buruknya komunikasi akan memicu berbagai permasalah dimasa yang akan datang. Jika pasangan suami istri sudah tidak saling mempercayai, bagaimana rumah tangga akan berjalan mulus tanpa keributan?
9.       Masalah Finansial
Masalah finansial keluarga dapat menjadi pemicu terjadinya konflik dalam rumah tangga, meskipun jarang yang menggunakan alasan ini saat ia mengajukan gugatan perceraian. Namun, jika terjadi ketimpangan pendapatan ekonomi antara suami dan istri, contohnya pendapatan yang diperoleh istri lebih besar, ini juga dapat memicu terjadinya konflik yang berujung pada perceraian.
10.   Tidak Lagi Tertarik Dengan Pasangan.
Perselingkuhan dapat terjadi saat seseorang mulai tidak terarik dengan pasangannya lagi. Rasa bosan sebenarnya merupakan hal yang wajar, namun tidak sepantasnya menggunakan alasan ini sebagai pembenaran jika dia telah mengikat janji setia dengan pasangannya. Agar pasangannya selalu tertarik, setiap pasangan harus menjaga komunikasi dengan baik, saling memahami kekurangan pasangan, menjaga penampilan di depan pasangan, dan selalu menjaga romantisme bersama pasangan.
Masalah dalam rumah tangga adalah wajar terjadi. Jadikan masalah tersebut sebuah pelajaran yang paling berharga untuk anda dan pasangan. Bicarakan semua permasalahan dengan baik-baik, tidak dengan emosi kemarahan. Jangan pernah mengulang kesalahan yang sama ( terutama hal yang menyakiti pasangan ), saling berintrospeksilah terhadap permasalahan yang terjadi untuk melangkah lebih baik kedepannya dan lebih bahagia bersama, apalagi jika sudah dikaruniai anak. Tidak ada anak yang sesungguhnya bahagia terhadap kondisi perpisahan kedua orangtuanya.
11.   Krisis moral dan akhlak
Selan ketidak harmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami maupun istri, contohnya mabuk, berzina, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.
12.   Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah pernikahan adalah bahwa pernikahan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mangatasi kesulitan akibat akibat pernikahan tanpa adanya cinta, pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah yang sebenarnya, juga harus berupaya untuk mencoba menciptakan kerja sama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.

13.   Istri tidak taat pada suaminya dalam hal-hal yang baik
Diantara kewajiban istri atas suaminya adalah , hendaknya seorang istri benar-benar menjaga amanah suami dirumahnya, baik harta suami dan rahasia-rahasianya, begitu juga bersungguh-sungguh mengurus urusan-urusan rumah.
Tidak patuh dan tidak taat kepada suami adalah wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridho pada kedudukan yang Allah SWT telah tetapkan untuknya.
Bentuk ketidak taatan itu antara lain adalah :
Ø  Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ketempat tidur, dengan terang-terangan maupun dengan samar-samar.
Ø  Menghianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain
Ø  Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami kedalam rumah
Ø  Lalai dalam melayani suami
Ø  Mubadzir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya
Ø  Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya.keluar rumah tanpa izin suami
Ø  Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami..
Seorang istri sholihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami diatas segala-galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada allah SWT, ia akan taat kapan pun, dalam situasi apa pun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka, ketaatan istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.
14.   Hubungan yang kurang baik antara seorang istri dengan orang tua suaminya ( mertua sang istri)
Terkadang seorang istri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada diriya. Tak boleh sedikitpun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya, termasuk juga kepada orang tua si suami. Padahal, disatu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya. Ia menggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang sebagian istri berani menghina  dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan masalah , bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.
Ada  juga seoarang istri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga istri, ia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya denggan berbagai cara.
Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun juga pernikahan antar keluarga.kedua orang tua suami adalah orang tua istri, keluarga suami adalah keluarga istri, begitu juga sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan bahagia jika istrinya mampu memposisikan dirinya dalam keluarga suami. Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang suami. Akan tetapi jika sebaliknya hal ini dapat berakibat pada perceraian.
15.   Kondisi fisik istri yang sangat buruk, misalnya, seorang istri tidak bisa menjaga kebersihan dirinya dan tidak pernah berpakian bagus serta tidak mau memakai wangi-wangian di depan suaminya. Atau tidak bisa mengucapkan perkataan yang baik dan selalu bermuka masam ( cemberut ) ketika bertemu dan berkumpul dengan suami atau keluarganya.
16.   Suami yang tidak penyabar. Mungkin, faktor ini terjadi karena kelalaiannya, ataupun ketidak tahuannya watak dasar dan tabiat wanita yang Allah ciptakan. Wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok
17.   Kondisi rumah tangga yang jauh dari suasana religius serta taat kepada Allah, apalagi jika di dalam rumah itu terdapat berbagai macam sarana yang merusak, seperti: siaran televisi, majalah-majalah ataupun cd-cd yang meruntuhkan sendi-sendi moral.
18.   Adanya masalah-masalah dalam pernikahan
Dalam sebuah pernikahan pasti tidak akan lepas dari yang namanya masalah. Masalah dalam pernikahan itu merupakan suatu hal yang biasa, tapi percekcokan yang berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi secara otomatis akan disusul dengan pisah ranjang seperti adanya perselingkuhan antara suami istri.
19.   Sibuk diluar rumah
Seorang istri terkadang banyak kesibukan diluar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin dari suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.jangan sampai aktifitas tersebut melalaikan tanggung jawabnya sebagai seoarang istri. Jangan sampai amanah yang dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika ini terjadi terus menerus , bisa jadi suami tidak betah dirumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya diluar atau dikantor dan dapat juga berakibat pada perceraian.
20.   Perkembangan sosio-emosional dari masing-masing pasangan.
Perkembangan sosio-emosional dihubungkan dengan dimensi penerimaan diri, otonomi dan ekspresi dari pasangan. Masalah-masalah dalam komunikasi dianggap sebagai masalah utama penyebab perceraian, baik itu laki-laki maupun wanita. Secara umum wanita lebih cenderung untuk merasa stres dan memiliki masalah dalam penyesuaian pernikahan dari pada laki-laki, kestabilan identitas maskulin dari suami, tingkat pendidikan, status sosial dan kemampuan untuk menerima semua bentuk pengekspresian emosi berdampak terhadap kebahagiaan pernikahan. Kestabilan pernikahan juga tergantung pada bagaimana masing-masing pasangan mencapai perasaan dan identitas dirinya. Pencapaian ini akan membantu untuk membangun keseimbangan kekuatan dan saling menghormati yang menjadi pusat dari emosional dan keintiman intelektual.

Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya berpasang-pasangan, ada laki-laki dan ada perempuan, ada suka dan ada duka, ada pertemuan dan ada perpisahan. Sudah lumrah bagi setiap hal yang memiliki awal pasti juga memiliki akhir, tak terkecuali dalam ikatan pernikahan. Ada waktunya untuk kita bertemu dengan seseorang yang kita cintai dan ada pula waktunya ketika kita harus berpisah dengan seseorang yang harus disayangi. Perpisahan yang terjadi bukanlah akhir dari sebuah perjalanan hidup, melainkan sebuah pembelajaran untuk pendewasaan diri.
Semua yang terjadi dalam perjalanan hidup seorang manusia merupakan kehendak Allah SWT. Seorang manusia tak akan selamanya merasa bahagia dan juga tak akan selamanya menanggung nestapa. Dari semua perputaran kejadian yang kita temui pada setiap episode  kehidupan membawa pelajaran dan hikmahnya masing-masing agar kita semakin mengerti  hakikat penciptaan kita selaku hamba di muka bumi ini.

B. Ward Powers.2011. perceraian dan perkawinan kembali. Jakarta. Yayasan Komunikasi Bina Kasih
Nur’aisyah Albantany. Plus Minus Perceraian Wanita dalam Kacamata Islam. Tanggerang.  Sealova Media, 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar