Judul Buku : Hati Yang Bertasbih
Penulis : Garina Adelia
Penyunting : Mursyidah
Penata Letak : Florentius Ketha
Desain : Maretta Gunawan
Penerbit : Qibla
Halaman : 233 halaman
ISBN : 978-602-249-277-1
“‘Tasbih bisa dikatakan sebagai
ungkapan perasaan kita yang mengagungkan Allah.
Tasbih juga bisa merupakan
ungkapan hati kita yang menyatakan bahwa hanya Allah yang memiliki segala
kebesaranNya”.
(Hal 157)
Yuna perempuan berkulit putih itu tak pernah punya cita-cita untuk
menjadi janda dengan seorang putra di usia 23 tahun. Namun Yuna juga tak kuasa
hidup dengan sosok suami yang hanya memanfaatkan dia sebagai mesin ATM untuk
mendapat uang dari mertua yuna, suka mabuk dan main tangan. Dan Yuna ingin
mengakhiri penderitaan itu dengan putranya, Alvero dari suaminya yang tidak
bertanggung jawab itu. Namun keputusan Yuna itu malah dianggap sebagai aib oleh
keluarganya.permasalahan demi permasalahan yang dihadapi membuatnya tak percaya
lagi akan adanya Tuhan, Ketidakharmonisannya dengan orangtuanya, membuat Yuna akhirnya
hijrah ke tempat saudaranya untuk bekerja dan menitipkan Alvero kepada
orangtuanya, sampai pada akhirnya Yuna dipertemukan dengan sosok Randi yang
sangat bersahaja.
“Bukankah
setiap pertemuan yang terjadi antar manusia,
Yang
seolah-olah terlihat tak sengaja,
Adalah suatu
pertanda?” hal 178.
Randi lahir dari keluarga muslim yang sangat taat, Randi berpembawaan
sangat tenang. Bagi Randi hidup itu harus seperti menikmati pemandangan.
Tenang, nyaman, dan teratur. Tidak berlebihan, Tidak juga terlalu ambisius. Ia
lebih suka menjalani hidupnya seperti air yang mengalir, tenang, dan
menghanyutkan. Berbeda dengan sosok Yuna yang ketus, muda emosi dan berkepala
batu.
“belajarlah
untuk marah pada saat yang sesuai, waktu yang tepat, dan dengan cara yang
benar” (hal 100)
Randi adalah sosok seorang lelaki yang bisa menerima Yuna dengan status
jandanya, seorang laki-laki yang mampu membuat janji yang tidak akan pernah
sedikitpun melepaskan tangan Yuna, dan berjanji akan mencintai yuna sampai
akhir napas, Randi pula yang mengajarkan banyak hal tentang islam.
“Tabayun
artinya adalah kita seharusnya melihat berbagai persoalan dari dua sisi secara
lengkap. Kita tidak bisa hanya mengambil kesimpulan hanya dengan mengetahui
salah satu sisinya saja. Dengan cara itu, kita bisa berfikir jernih dan tidak
gegabah dalam menyikapi permasalahan apapun yang terjadi didalam kehidupan
kita” (hal 162).
Kepribadian Randi berhasil membuat Yuna berubah menjadi perempuan yang
tak lagi muda emosi, Yuna lebih belajar menguasai emosinya ketika ia menjadi
korban bully teman-temannya dikantor, ia juga belajar untuk tidak terlalu
memperdulikan omongan-omongan dari mulut yang tak bertanggung jawab itu.
Hingga pada akhirnya mama Yuna menelfon dan memberi kabar tentang
perjodohannya dengan lelaki yang bernama Om Hidayat, rekan dari papanya yang
juga seusia dengan papanya, seorang duda beranak dua, yang kaya raya, namun
memberi persyaratan bahwa om Hidayat hanya mau menikahi Yuna dan Alvero tetap
berada pada pengasuhan orangtuanya, membuat Yuna marah dan tersinggung.
Bagaimana mungkin ia bisa menikah dengan orang yang tak mempunyai alasan untuk
menikahinya, terlebih lagi tidak mau menerima Alvero. Karna bagi Yuna, kalau
lelaki itu memang mau menerima Yuna maka juga harus mau menerima Alvero, karena
dirinya dan Alvero adalah paket lengkap yang tak bisa dipisahkan.
Malam itu, Yuna larut dalam kesedihan yang tak berujung. Ia tak tahu
harus minta tolong kepada siapa lagi. Gelitik hatinya ingin berdoa. Ia ingat
dengan perkataan Randi yang mengatakan bahwa hanya Tuhan yang mampu
menyelesaikan segala perkara yang tak
mampu diselesaikan oleh satu manusiapun. Tapi fikir Yuna buat apa berdoa? Tuhan
sudah lama meninggalkannya. Sudah lama Tuhan tidak pernah mendengarkan doanya.
Lagi-lagi kata-kata Randi Terngiang ditelinga Yuna. Tuhan selalu
memiliki rencanaNya sendiri yang sering kali tidak sesuai dengan kehendak hati
manusia. Apakah ini salah satu rencana Tuhan dalam hidupnya? Membuatnya
terpuruk dalam kondisi ini? Apakah ia akan menjadi anak durhakajika menentang
kehendak orangtuanya?
Sekelebat fikiran membuat Yuna tersentak.Mungkin jika ia tak sadarkan
diri, ia bisa membuat orangtuanya membatalkan perjodohan gila itu. Mungkin jika
ia koma sesaat, orangtuanya akan tahu dengan sendirinya bahwa Yuna tidak ingin
dijodohkan dengan laki-laki tua bangka itu.
Tanpa pikir panjang, Yuna mengambil berbagai jenis obat dari kotak obat
yang berada diruang tamu dan membawanya kekamar. Ia kumpulkan semua obat
dihadapannya. Yuna hanya ingat disalah satu artikel yang dibacanya kalau
seseorang minum obat dalam dosis yang besar, kemungkinan besar orang itu akan
dalam keadaan tak sadarkan diri. Namun, sepertinya Yuna lupa kalau keracunan
obat bisa mengakibatkan kelumpuhan otak, bahkan yang lebih parah dapat
mengakibatkan ia kehilangan nyawa.
Yuna gelap mata. Ia hanya ingin meloloskan diri dari perjodohan itu.
Yuna duduk bersila di lantai. Ia membuka bungkus obat itu satu per satu.
Mengumpulkan setiap tablet berwarna-warni itu dalam sebuah wadah kecil hingga
wadah itu penuh. Setelahnya Yuna mengeluarkan botol air minum dalam rangsel
kerjanya yang masih tiga perempat botol itu.
Empat puluh tablet dengan campuran yang benar-benar acak. Yuna mulai
meminum tablet-tablet itu hingga seluruh tablet yang dikumpulkannya habis tak
tersisa. Tak berapa lama, ia diserang sakit kepala yang sangat hebat. Dadanya
pun berdebar sangat kencang dan mulai kesulitan bernapas. Dengan seluruh tubuh
yang didera rasa sakit, Yuna merangkak keatas tempat tidurnya dan meringkuk
dengan kaki serta tangan yang mulai dingin. Yuna mulai panik, keringat dingin
membanjirinya, ia mulai menggigil.
Yuna berusaha membuka mulutnya, bayangan wajah Alvero yang menangisi
tubuhnya yang terbujur kaku menyentak kesadaran Yuna. Ia semakin panik. Sekuat
tenaga ia berusaha bangkit. Namun tak satupun anggota tubuhnya yang mampu ia
gerakkan.
Yuna ketakuatan!
Yuna yakin kali ini ia harus benar-benar mempertaggungjawabkan ketidak
warasan otaknya yang suka gegabah mengambil keputusan. Satu tarikan napas
berhasil dilakukannya, bersamaan dengan kegelapan yang seketika itu juga
melumpuhkannya. Namun, siksaan tak berhenti sampai di situ.
Bagai orang buta yang terkurung dalam ruangan hampa udara yang gelap.
Pikiran Yuna terus melanglang buana tanpa tujuan. Yuna masuk dalam dunia entah
berantah yang sama sekali tak dikenalnya.
“Semua yang ditubuh kita adalah milik Allah, kita hanya
dipinjamkan dan diberi kesempatan untuk sementara waktu. Ada saatnya Allah akan
mengambilnya dengan tiba-tiba. Dan, pada saat itu terjadi, ia harus bisa
mempertanggungjawabkan semuanya dihadapan Allah” (hal 151).
“Pertolonga Tuhan itu sebenarnya
sangatlah dekat, tetapi sebagai manusia, kita seringkali sudah terlanjur
berputus asa dan tidak mempercayai Tuhan dengan sepenuh hati sehingga pada
ahirnya kita berpitus asa dan menyerah begiru saja “ (hal 52).
Dapatkah Yuna selamat dari ulahnya yang konyol ini? Bisakah ia bersatu
dengan Randi, seorang laki-laki yang mau menerima Yuna tanpa memperdulikan
status Yuna yang sudah beranak satu itu?