Sabtu, 23 Januari 2016

RIVIEW NOVEL HATI YANG BERTASBIH ~ GARINA ADELIA







Judul Buku          : Hati Yang Bertasbih
Penulis                 : Garina Adelia
Penyunting         : Mursyidah
Penata Letak      : Florentius Ketha
Desain                  : Maretta Gunawan
Penerbit              : Qibla
Halaman              : 233 halaman
ISBN                      : 978-602-249-277-1

“‘Tasbih bisa dikatakan sebagai ungkapan perasaan kita yang mengagungkan Allah.
Tasbih juga bisa merupakan ungkapan hati kita yang menyatakan bahwa hanya Allah yang memiliki segala kebesaranNya”.
(Hal 157)
Yuna perempuan berkulit putih itu tak pernah punya cita-cita untuk menjadi janda dengan seorang putra di usia 23 tahun. Namun Yuna juga tak kuasa hidup dengan sosok suami yang hanya memanfaatkan dia sebagai mesin ATM untuk mendapat uang dari mertua yuna, suka mabuk dan main tangan. Dan Yuna ingin mengakhiri penderitaan itu dengan putranya, Alvero dari suaminya yang tidak bertanggung jawab itu. Namun keputusan Yuna itu malah dianggap sebagai aib oleh keluarganya.permasalahan demi permasalahan yang dihadapi membuatnya tak percaya lagi akan adanya Tuhan, Ketidakharmonisannya dengan orangtuanya, membuat Yuna akhirnya hijrah ke tempat saudaranya untuk bekerja dan menitipkan Alvero kepada orangtuanya, sampai pada akhirnya Yuna dipertemukan dengan sosok Randi yang sangat bersahaja.
“Bukankah setiap pertemuan yang terjadi antar manusia,
Yang seolah-olah terlihat tak sengaja,
Adalah suatu pertanda?” hal 178.
Randi lahir dari keluarga muslim yang sangat taat, Randi berpembawaan sangat tenang. Bagi Randi hidup itu harus seperti menikmati pemandangan. Tenang, nyaman, dan teratur. Tidak berlebihan, Tidak juga terlalu ambisius. Ia lebih suka menjalani hidupnya seperti air yang mengalir, tenang, dan menghanyutkan. Berbeda dengan sosok Yuna yang ketus, muda emosi dan berkepala batu.
“belajarlah untuk marah pada saat yang sesuai, waktu yang tepat, dan dengan cara yang benar” (hal 100)
Randi adalah sosok seorang lelaki yang bisa menerima Yuna dengan status jandanya, seorang laki-laki yang mampu membuat janji yang tidak akan pernah sedikitpun melepaskan tangan Yuna, dan berjanji akan mencintai yuna sampai akhir napas, Randi pula yang mengajarkan banyak hal tentang islam.
“Tabayun artinya adalah kita seharusnya melihat berbagai persoalan dari dua sisi secara lengkap. Kita tidak bisa hanya mengambil kesimpulan hanya dengan mengetahui salah satu sisinya saja. Dengan cara itu, kita bisa berfikir jernih dan tidak gegabah dalam menyikapi permasalahan apapun yang terjadi didalam kehidupan kita” (hal 162).
Kepribadian Randi berhasil membuat Yuna berubah menjadi perempuan yang tak lagi muda emosi, Yuna lebih belajar menguasai emosinya ketika ia menjadi korban bully teman-temannya dikantor, ia juga belajar untuk tidak terlalu memperdulikan omongan-omongan dari mulut yang tak bertanggung jawab itu.
Hingga pada akhirnya mama Yuna menelfon dan memberi kabar tentang perjodohannya dengan lelaki yang bernama Om Hidayat, rekan dari papanya yang juga seusia dengan papanya, seorang duda beranak dua, yang kaya raya, namun memberi persyaratan bahwa om Hidayat hanya mau menikahi Yuna dan Alvero tetap berada pada pengasuhan orangtuanya, membuat Yuna marah dan tersinggung. Bagaimana mungkin ia bisa menikah dengan orang yang tak mempunyai alasan untuk menikahinya, terlebih lagi tidak mau menerima Alvero. Karna bagi Yuna, kalau lelaki itu memang mau menerima Yuna maka juga harus mau menerima Alvero, karena dirinya dan Alvero adalah paket lengkap yang tak bisa dipisahkan.
Malam itu, Yuna larut dalam kesedihan yang tak berujung. Ia tak tahu harus minta tolong kepada siapa lagi. Gelitik hatinya ingin berdoa. Ia ingat dengan perkataan Randi yang mengatakan bahwa hanya Tuhan yang mampu menyelesaikan  segala perkara yang tak mampu diselesaikan oleh satu manusiapun. Tapi fikir Yuna buat apa berdoa? Tuhan sudah lama meninggalkannya. Sudah lama Tuhan tidak pernah mendengarkan doanya.
Lagi-lagi kata-kata Randi Terngiang ditelinga Yuna. Tuhan selalu memiliki rencanaNya sendiri yang sering kali tidak sesuai dengan kehendak hati manusia. Apakah ini salah satu rencana Tuhan dalam hidupnya? Membuatnya terpuruk dalam kondisi ini? Apakah ia akan menjadi anak durhakajika menentang kehendak orangtuanya?
Sekelebat fikiran membuat Yuna tersentak.Mungkin jika ia tak sadarkan diri, ia bisa membuat orangtuanya membatalkan perjodohan gila itu. Mungkin jika ia koma sesaat, orangtuanya akan tahu dengan sendirinya bahwa Yuna tidak ingin dijodohkan dengan laki-laki tua bangka itu.
Tanpa pikir panjang, Yuna mengambil berbagai jenis obat dari kotak obat yang berada diruang tamu dan membawanya kekamar. Ia kumpulkan semua obat dihadapannya. Yuna hanya ingat disalah satu artikel yang dibacanya kalau seseorang minum obat dalam dosis yang besar, kemungkinan besar orang itu akan dalam keadaan tak sadarkan diri. Namun, sepertinya Yuna lupa kalau keracunan obat bisa mengakibatkan kelumpuhan otak, bahkan yang lebih parah dapat mengakibatkan ia kehilangan nyawa.
Yuna gelap mata. Ia hanya ingin meloloskan diri dari perjodohan itu. Yuna duduk bersila di lantai. Ia membuka bungkus obat itu satu per satu. Mengumpulkan setiap tablet berwarna-warni itu dalam sebuah wadah kecil hingga wadah itu penuh. Setelahnya Yuna mengeluarkan botol air minum dalam rangsel kerjanya yang masih tiga perempat botol itu.
Empat puluh tablet dengan campuran yang benar-benar acak. Yuna mulai meminum tablet-tablet itu hingga seluruh tablet yang dikumpulkannya habis tak tersisa. Tak berapa lama, ia diserang sakit kepala yang sangat hebat. Dadanya pun berdebar sangat kencang dan mulai kesulitan bernapas. Dengan seluruh tubuh yang didera rasa sakit, Yuna merangkak keatas tempat tidurnya dan meringkuk dengan kaki serta tangan yang mulai dingin. Yuna mulai panik, keringat dingin membanjirinya, ia mulai menggigil.
Yuna berusaha membuka mulutnya, bayangan wajah Alvero yang menangisi tubuhnya yang terbujur kaku menyentak kesadaran Yuna. Ia semakin panik. Sekuat tenaga ia berusaha bangkit. Namun tak satupun anggota tubuhnya yang mampu ia gerakkan.
Yuna ketakuatan!
Yuna yakin kali ini ia harus benar-benar mempertaggungjawabkan ketidak warasan otaknya yang suka gegabah mengambil keputusan. Satu tarikan napas berhasil dilakukannya, bersamaan dengan kegelapan yang seketika itu juga melumpuhkannya. Namun, siksaan tak berhenti sampai di situ.
Bagai orang buta yang terkurung dalam ruangan hampa udara yang gelap. Pikiran Yuna terus melanglang buana tanpa tujuan. Yuna masuk dalam dunia entah berantah yang sama sekali tak dikenalnya.
 “Semua yang ditubuh kita adalah milik Allah, kita hanya dipinjamkan dan diberi kesempatan untuk sementara waktu. Ada saatnya Allah akan mengambilnya dengan tiba-tiba. Dan, pada saat itu terjadi, ia harus bisa mempertanggungjawabkan semuanya dihadapan Allah” (hal 151).

“Pertolonga Tuhan itu sebenarnya sangatlah dekat, tetapi sebagai manusia, kita seringkali sudah terlanjur berputus asa dan tidak mempercayai Tuhan dengan sepenuh hati sehingga pada ahirnya kita berpitus asa dan menyerah begiru saja “ (hal 52).
Dapatkah Yuna selamat dari ulahnya yang konyol ini? Bisakah ia bersatu dengan Randi, seorang laki-laki yang mau menerima Yuna tanpa memperdulikan status Yuna yang sudah beranak satu itu?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar